Awal Kehidupan di Bumi 220 Juta Tahun Lalu, Ternyata ini Salah Besar, Karena ini?
Awal kehidupan di Bumi bukan 220 juta tahun lalu, karena pata peneliti yang dipimpin ilmuwan Australia berhasil menemukan fosil berusia 3,7 miliar tahun di Greenland. Temuan ini memundurkan bukti kehidupan awal yang selama ini sudah diterima umum paling awal 220 juta tahun.
Batu yang baru-baru ini terekspos karena meningkatnya pencairan salju menunjukkan lapisan komunitas bakteri fosil, yang dikenal sebagai stromatolit. Tim peneliti ini kemudian dengan menggunakan teknik canggih untuk menentukan usia dari lapisan batu dibagian atas dan di bawah fosil, yang berhasil mengungkapkan kalau stromatolit itu berusia 3,71 sampai 3,695 miliar tahun.
Menyingkap bukti fisik kehidupan tertua yang pernah ada di Bumi. Fosil yang ditemukan di bagian barat daya Greenland itu ditaksir berusia 3,7 miliar tahun, kesimpulan studi tim gabungan Australia-Inggris yang dipublikasikan di jurnal Nature, pekan ini.
Jejak organisme yang ditemukan peneliti berbentuk stromatolite. Seperti diketahui, stromatolite merupakan struktur berlapis yang dibentuk mikroba dan lazimnya ditemukan pada bebatuan di dasar laut, dengan cara menyimpan karbonat dalam sedimen yang kemudian diawetkan di lapisan bebatuan.
Bentuknya mirip kembang kol. Struktur stromatolite yang ditemukan peneliti berukuran tinggi 1-4 cm dan hanya tampak seperti goresan kecil. Menurut peneliti University of New South Wales Australia, Van Kranendonk, bentuk dan lapisan dalam fosil tersebut membentuk stromatolite kuno dan modern.
Tekstur bebatuannya mengindikasikan bahwa stromatolite tersebut dulunya terdapat di dasar laut dalam. Jika dibandingkan, temuan di daerah Isua Greenstone Belt tersebut lebih tua 220 tahun daripada fosil pemegang rekor sebelumnya yang ditemukan di Pilbara, Australia.
"Hingga saat ini stromatolite tertua yang pernah ditemukan ialah dari Australia Barat berusia sekitar 3,5 miliar tahun. Yang kami lakukan ialah mendorong penemuan awal kehidupan dalam sejarah Bumi," ujar anggota tim peneliti, Clark Friend.
Di sisi lain, palaeontolog Australia Kathleen Grey menyangsikan bukti baru tersebut. Menurutnya, struktur yang ditemukan di Greenland paling hanya bisa dikategorikan sebagai pseudostromatolite atau stromatolite semu.
Masalah besar dalam meneliti stromatolite kuno ialah struktur tersebut bisa saja terbentuk melalui proses yang tidak berhubungan dengan gejala kehidupan. Pasalnya, mineral yang ada di dasar laut bisa meninggalkan lapisan yang mirip stromatolite.
Menurut catatan, jejak keberadaan stromatolite saat ini tergolong langka karena hanya bisa ditemukan pada danau pinggir laut di sedikit tempat di dunia. Sebelumnya, peneliti telah mengklaim bahwa batu-batu di Isua memiliki komposisi kimia yang menunjukkan tanda kehidupan.
Para kritikus menyangkal temuan itu sebagai campuran bahan kimia yang muncul melalui proses alami. Penemuan fosil itu sebenarnya terjadi pada musim panas beberapa tahun lalu, tapi selama empat tahun menunggu penelitian dan pengujian laboratorium untuk mendukung teori mereka.
Batu yang baru-baru ini terekspos karena meningkatnya pencairan salju menunjukkan lapisan komunitas bakteri fosil, yang dikenal sebagai stromatolit. Tim peneliti ini kemudian dengan menggunakan teknik canggih untuk menentukan usia dari lapisan batu dibagian atas dan di bawah fosil, yang berhasil mengungkapkan kalau stromatolit itu berusia 3,71 sampai 3,695 miliar tahun.
Menyingkap bukti fisik kehidupan tertua yang pernah ada di Bumi. Fosil yang ditemukan di bagian barat daya Greenland itu ditaksir berusia 3,7 miliar tahun, kesimpulan studi tim gabungan Australia-Inggris yang dipublikasikan di jurnal Nature, pekan ini.
Jejak organisme yang ditemukan peneliti berbentuk stromatolite. Seperti diketahui, stromatolite merupakan struktur berlapis yang dibentuk mikroba dan lazimnya ditemukan pada bebatuan di dasar laut, dengan cara menyimpan karbonat dalam sedimen yang kemudian diawetkan di lapisan bebatuan.
Bentuknya mirip kembang kol. Struktur stromatolite yang ditemukan peneliti berukuran tinggi 1-4 cm dan hanya tampak seperti goresan kecil. Menurut peneliti University of New South Wales Australia, Van Kranendonk, bentuk dan lapisan dalam fosil tersebut membentuk stromatolite kuno dan modern.
Tekstur bebatuannya mengindikasikan bahwa stromatolite tersebut dulunya terdapat di dasar laut dalam. Jika dibandingkan, temuan di daerah Isua Greenstone Belt tersebut lebih tua 220 tahun daripada fosil pemegang rekor sebelumnya yang ditemukan di Pilbara, Australia.
"Hingga saat ini stromatolite tertua yang pernah ditemukan ialah dari Australia Barat berusia sekitar 3,5 miliar tahun. Yang kami lakukan ialah mendorong penemuan awal kehidupan dalam sejarah Bumi," ujar anggota tim peneliti, Clark Friend.
Di sisi lain, palaeontolog Australia Kathleen Grey menyangsikan bukti baru tersebut. Menurutnya, struktur yang ditemukan di Greenland paling hanya bisa dikategorikan sebagai pseudostromatolite atau stromatolite semu.
Masalah besar dalam meneliti stromatolite kuno ialah struktur tersebut bisa saja terbentuk melalui proses yang tidak berhubungan dengan gejala kehidupan. Pasalnya, mineral yang ada di dasar laut bisa meninggalkan lapisan yang mirip stromatolite.
Menurut catatan, jejak keberadaan stromatolite saat ini tergolong langka karena hanya bisa ditemukan pada danau pinggir laut di sedikit tempat di dunia. Sebelumnya, peneliti telah mengklaim bahwa batu-batu di Isua memiliki komposisi kimia yang menunjukkan tanda kehidupan.
Para kritikus menyangkal temuan itu sebagai campuran bahan kimia yang muncul melalui proses alami. Penemuan fosil itu sebenarnya terjadi pada musim panas beberapa tahun lalu, tapi selama empat tahun menunggu penelitian dan pengujian laboratorium untuk mendukung teori mereka.
Awal Kehidupan di Bumi 220 Juta Tahun Lalu, Ternyata ini Salah Besar, Karena ini?
Reviewed by Kendawangan
on
4/28/2019 10:39:00 PM
Rating: