Orang Pontianak Temukan Obat Corona Formav-D, Ini Penjelasan Dinkes Kalbar
Ada kabar yang beredar orang Pontianak temukan obat corona yang diberi nama Formav-D. Obat ini konon katanya ditemukan 10 tahun lalu untuk pengobatan DBD dan Malaria, dan ternyata menurut klaim manjur juga untuk pengobatan Covid-19.
Kabar obat virus Corona di Pontianak ini telah ditemukan oleh seorang mantan asisten apoteker. Beredarnya kabar itu, adanya pasien PDP dan ODP Covid-19 yang sembuh setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Menanggapi kabar itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson memberikan klarifikasi.
“Tidak boleh kita mengklaim telah menemukan obat corona, hanya dengan bukti yang katanya sudah bisa mengobati beberapa orang ODP. ODP kan belum tentu kasus konfirmasi COVID-19. PDP saja belum tentu kasus konfirmasi COVID-19,” jelasnya, dilansir dari Kumparan.
Harisson menjelaskan dalam ilmu ilmiah dan kedokteran untuk pembuktian suatu zat mempunyai efek terapi tertentu saja, penelitiannya akan memakan waktu lama, ada beberapa tahap mulai penelitian secara invitro maupun invivo.
“Selanjutnya zat tersebut akan diuji coba dulu terhadap hewan, seperti tikus, kelinci, kera, dan lain-lain, yang kita tulari dengan virus atau bakteri tertentu, sampai percobaan ke tahap akhir, yaitu pada manusia yang menjadi relawan, baik yang tidak terinfeksi maupun yang terinfeksi virus, atau bakteri tertentu yang sedang kita teliti,” terangnya.
Ia juga menerangkan kalau dalam suatu penelitian ada metode perbandingan, seperti pengaruh obat yang diberikan kepada orang yang terinfeksi, kemudian ada zat dan efek pada orang yang terinfeksi namun tidak diberikan zat yang sedang diteliti.
“Perbandingan ini akan membuktikan bahwa apakah benar obat itu dapat memberikan efek terapi, atau malah orang yang tidak diberi obat yang sedang diteliti pun ternyata bisa sembuh. Karena COVID-19 adalah self limiting disease, yang artinya pasien dapat sembuh dengan sendirinya asal daya tahan tubuhnya kuat,” tandasnya.
Menurut Harisson, penelitian ini butuh waktu yang panjang, diantaranya yang harus diteliti, dalam dosis berapa obat tersebut tidak memiliki efek.
Lalu dalam dosis berapa obat tersebut mempunyai efek terapi. Selanjutny dalam dosis berapa obat tersebut justru meracuni tubuh yang terinfeksi.
“Saya mendukung peneliti-peneliti, ilmuwan-ilmuwan di Kalbar untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini, namun gunakan metode penelitian secara ilmiah, agar hasil memang benar-benar sudah teruji dan sahih. Jangan buru-buru melempar ke masyarakat terhadap hasil yang belum terbukti secara ilmiah, karena hanya akan menimbulkan kegalauan,” tutupnya.
Kabar obat virus Corona di Pontianak ini telah ditemukan oleh seorang mantan asisten apoteker. Beredarnya kabar itu, adanya pasien PDP dan ODP Covid-19 yang sembuh setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Menanggapi kabar itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson memberikan klarifikasi.
“Tidak boleh kita mengklaim telah menemukan obat corona, hanya dengan bukti yang katanya sudah bisa mengobati beberapa orang ODP. ODP kan belum tentu kasus konfirmasi COVID-19. PDP saja belum tentu kasus konfirmasi COVID-19,” jelasnya, dilansir dari Kumparan.
Harisson menjelaskan dalam ilmu ilmiah dan kedokteran untuk pembuktian suatu zat mempunyai efek terapi tertentu saja, penelitiannya akan memakan waktu lama, ada beberapa tahap mulai penelitian secara invitro maupun invivo.
“Selanjutnya zat tersebut akan diuji coba dulu terhadap hewan, seperti tikus, kelinci, kera, dan lain-lain, yang kita tulari dengan virus atau bakteri tertentu, sampai percobaan ke tahap akhir, yaitu pada manusia yang menjadi relawan, baik yang tidak terinfeksi maupun yang terinfeksi virus, atau bakteri tertentu yang sedang kita teliti,” terangnya.
Ia juga menerangkan kalau dalam suatu penelitian ada metode perbandingan, seperti pengaruh obat yang diberikan kepada orang yang terinfeksi, kemudian ada zat dan efek pada orang yang terinfeksi namun tidak diberikan zat yang sedang diteliti.
“Perbandingan ini akan membuktikan bahwa apakah benar obat itu dapat memberikan efek terapi, atau malah orang yang tidak diberi obat yang sedang diteliti pun ternyata bisa sembuh. Karena COVID-19 adalah self limiting disease, yang artinya pasien dapat sembuh dengan sendirinya asal daya tahan tubuhnya kuat,” tandasnya.
Menurut Harisson, penelitian ini butuh waktu yang panjang, diantaranya yang harus diteliti, dalam dosis berapa obat tersebut tidak memiliki efek.
Lalu dalam dosis berapa obat tersebut mempunyai efek terapi. Selanjutny dalam dosis berapa obat tersebut justru meracuni tubuh yang terinfeksi.
“Saya mendukung peneliti-peneliti, ilmuwan-ilmuwan di Kalbar untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini, namun gunakan metode penelitian secara ilmiah, agar hasil memang benar-benar sudah teruji dan sahih. Jangan buru-buru melempar ke masyarakat terhadap hasil yang belum terbukti secara ilmiah, karena hanya akan menimbulkan kegalauan,” tutupnya.
Orang Pontianak Temukan Obat Corona Formav-D, Ini Penjelasan Dinkes Kalbar
Reviewed by Kendawangan
on
4/06/2020 06:00:00 PM
Rating: