TikTok CEO Shou Zi Chew
TikTok CEO Shou Zi Chew pria bernama Shou Zi Chew adalah CEO dari TikTok, sebuah platform media sosial video yang sangat populer di seluruh dunia. Ia mulai menjabat sebagai CEO TikTok pada Mei 2021, menggantikan Kevin Mayer.
Sebelum bergabung dengan TikTok, Shou Zi Chew pernah menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan teknologi Xiaomi selama enam tahun. Selama menjabat sebagai CFO Xiaomi, ia turut terlibat dalam pengambilan keputusan strategis dan manajemen keuangan perusahaan.
Shou Zi Chew memiliki latar belakang pendidikan yang sangat baik. Ia lulus dari Universitas Stanford dengan gelar sarjana dalam bidang teknik listrik dan gelar master dalam bidang ilmu manajemen. Ia juga pernah bekerja di perusahaan investasi global DST Global dan Goldman Sachs.
Sebagai CEO TikTok, Shou Zi Chew bertanggung jawab untuk memimpin strategi bisnis dan pengembangan produk untuk platform tersebut. Ia juga berfokus pada pengembangan ekosistem kreatif di TikTok dan memperkuat kemitraan dengan merek dan pembuat konten.
TikTok adalah sebuah platform media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video singkat. Aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada September 2016 oleh perusahaan teknologi Cina, ByteDance. TikTok awalnya dikenal sebagai Douyin di Tiongkok dan kemudian diperkenalkan di pasar internasional sebagai TikTok.
Douyin pertama kali diluncurkan di Tiongkok pada September 2016 dan segera mendapatkan popularitas yang besar. Pada tahun 2017, ByteDance meluncurkan TikTok untuk pasar internasional, dengan fitur dan desain yang sedikit berbeda dari Douyin. TikTok segera mendapatkan popularitas yang besar di seluruh dunia, terutama di kalangan pengguna muda.
TikTok memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video singkat, biasanya berdurasi antara 15 hingga 60 detik. Pengguna dapat menambahkan musik, efek visual, filter, dan tata letak untuk membuat video yang menarik. TikTok juga memungkinkan pengguna untuk menjelajahi konten kreatif yang dibuat oleh pengguna lain dan terhubung dengan komunitas yang berbeda.
Pada tahun 2018, TikTok menjadi aplikasi terpopuler di seluruh dunia, dengan lebih dari 1 miliar unduhan. TikTok terus tumbuh dan mengembangkan fitur-fitur baru, seperti TikTok Live, TikTok For Business, dan TikTok Creator Fund. TikTok juga menjadi sasaran perdebatan terkait keamanan data pengguna dan hubungannya dengan pemerintah Cina.
Meskipun begitu, TikTok tetap menjadi salah satu platform media sosial terbesar dan paling populer di seluruh dunia, dan terus berinovasi dan berkembang untuk menjaga penggunanya terus terlibat dengan platform tersebut.
TikTok telah menjadi subjek perdebatan dan pengawasan di Kongres AS karena kekhawatiran tentang keamanan data pengguna dan keterkaitannya dengan pemerintah Cina.
Pada tahun 2019, beberapa senator AS mengeluarkan surat kepada Kepala Intelijen Nasional dan FBI, meminta mereka menyelidiki keamanan dan privasi data pengguna TikTok. Beberapa anggota Kongres AS juga mengkhawatirkan adanya risiko keamanan nasional yang timbul dari keterlibatan ByteDance, perusahaan induk TikTok, dengan pemerintah Cina.
Pada bulan November 2019, Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) memerintahkan ByteDance untuk membayar denda sebesar $5,7 juta karena melanggar Undang-Undang Perlindungan Privasi Anak-Anak di Internet (COPPA). ByteDance dituduh telah mengumpulkan informasi pribadi dari pengguna di bawah usia 13 tahun tanpa izin orang tua mereka.
Pada bulan Juli 2020, CEO TikTok Kevin Mayer menghadiri sebuah sidang di Kongres AS untuk membahas keamanan data pengguna TikTok dan keterkaitannya dengan pemerintah Cina. Mayer menegaskan bahwa TikTok tidak membagikan data pengguna dengan pemerintah Cina dan bahwa data pengguna TikTok di Amerika Serikat disimpan di pusat data yang berlokasi di Amerika Serikat.
Namun, kekhawatiran tentang keamanan data pengguna TikTok terus berlanjut. Pada bulan Agustus 2020, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan ByteDance dan WeChat, perusahaan induk dari aplikasi pesan China. Namun, larangan ini kemudian ditangguhkan setelah ByteDance dan Oracle mencapai kesepakatan untuk membentuk sebuah kemitraan bisnis di Amerika Serikat.
Perdebatan tentang TikTok dan keamanan data pengguna masih berlangsung hingga saat ini. TikTok terus berupaya untuk meningkatkan keamanan dan privasi data pengguna dan berkomitmen untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku di setiap negara di mana mereka beroperasi.
TikTok telah menjadi subjek perdebatan dan pengawasan di Kongres AS dalam beberapa tahun terakhir, tidak menutup kemungkinan bahwa TikTok dan keamanan data pengguna masih akan menjadi topik yang relevan dan penting bagi Kongres AS di tahun ini dan di masa mendatang.
TikTok akan terus berusaha untuk meningkatkan keamanan dan privasi data pengguna mereka, sementara Kongres AS akan terus memperhatikan dan memantau aktivitas dan praktik TikTok untuk memastikan kepatuhan dengan peraturan dan hukum yang berlaku di Amerika Serikat.
Sebelum bergabung dengan TikTok, Shou Zi Chew pernah menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan teknologi Xiaomi selama enam tahun. Selama menjabat sebagai CFO Xiaomi, ia turut terlibat dalam pengambilan keputusan strategis dan manajemen keuangan perusahaan.
Shou Zi Chew memiliki latar belakang pendidikan yang sangat baik. Ia lulus dari Universitas Stanford dengan gelar sarjana dalam bidang teknik listrik dan gelar master dalam bidang ilmu manajemen. Ia juga pernah bekerja di perusahaan investasi global DST Global dan Goldman Sachs.
Sebagai CEO TikTok, Shou Zi Chew bertanggung jawab untuk memimpin strategi bisnis dan pengembangan produk untuk platform tersebut. Ia juga berfokus pada pengembangan ekosistem kreatif di TikTok dan memperkuat kemitraan dengan merek dan pembuat konten.
TikTok adalah sebuah platform media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video singkat. Aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada September 2016 oleh perusahaan teknologi Cina, ByteDance. TikTok awalnya dikenal sebagai Douyin di Tiongkok dan kemudian diperkenalkan di pasar internasional sebagai TikTok.
Douyin pertama kali diluncurkan di Tiongkok pada September 2016 dan segera mendapatkan popularitas yang besar. Pada tahun 2017, ByteDance meluncurkan TikTok untuk pasar internasional, dengan fitur dan desain yang sedikit berbeda dari Douyin. TikTok segera mendapatkan popularitas yang besar di seluruh dunia, terutama di kalangan pengguna muda.
TikTok memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video singkat, biasanya berdurasi antara 15 hingga 60 detik. Pengguna dapat menambahkan musik, efek visual, filter, dan tata letak untuk membuat video yang menarik. TikTok juga memungkinkan pengguna untuk menjelajahi konten kreatif yang dibuat oleh pengguna lain dan terhubung dengan komunitas yang berbeda.
Pada tahun 2018, TikTok menjadi aplikasi terpopuler di seluruh dunia, dengan lebih dari 1 miliar unduhan. TikTok terus tumbuh dan mengembangkan fitur-fitur baru, seperti TikTok Live, TikTok For Business, dan TikTok Creator Fund. TikTok juga menjadi sasaran perdebatan terkait keamanan data pengguna dan hubungannya dengan pemerintah Cina.
Meskipun begitu, TikTok tetap menjadi salah satu platform media sosial terbesar dan paling populer di seluruh dunia, dan terus berinovasi dan berkembang untuk menjaga penggunanya terus terlibat dengan platform tersebut.
TikTok telah menjadi subjek perdebatan dan pengawasan di Kongres AS karena kekhawatiran tentang keamanan data pengguna dan keterkaitannya dengan pemerintah Cina.
Pada tahun 2019, beberapa senator AS mengeluarkan surat kepada Kepala Intelijen Nasional dan FBI, meminta mereka menyelidiki keamanan dan privasi data pengguna TikTok. Beberapa anggota Kongres AS juga mengkhawatirkan adanya risiko keamanan nasional yang timbul dari keterlibatan ByteDance, perusahaan induk TikTok, dengan pemerintah Cina.
Pada bulan November 2019, Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) memerintahkan ByteDance untuk membayar denda sebesar $5,7 juta karena melanggar Undang-Undang Perlindungan Privasi Anak-Anak di Internet (COPPA). ByteDance dituduh telah mengumpulkan informasi pribadi dari pengguna di bawah usia 13 tahun tanpa izin orang tua mereka.
Pada bulan Juli 2020, CEO TikTok Kevin Mayer menghadiri sebuah sidang di Kongres AS untuk membahas keamanan data pengguna TikTok dan keterkaitannya dengan pemerintah Cina. Mayer menegaskan bahwa TikTok tidak membagikan data pengguna dengan pemerintah Cina dan bahwa data pengguna TikTok di Amerika Serikat disimpan di pusat data yang berlokasi di Amerika Serikat.
Namun, kekhawatiran tentang keamanan data pengguna TikTok terus berlanjut. Pada bulan Agustus 2020, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan ByteDance dan WeChat, perusahaan induk dari aplikasi pesan China. Namun, larangan ini kemudian ditangguhkan setelah ByteDance dan Oracle mencapai kesepakatan untuk membentuk sebuah kemitraan bisnis di Amerika Serikat.
Perdebatan tentang TikTok dan keamanan data pengguna masih berlangsung hingga saat ini. TikTok terus berupaya untuk meningkatkan keamanan dan privasi data pengguna dan berkomitmen untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku di setiap negara di mana mereka beroperasi.
TikTok telah menjadi subjek perdebatan dan pengawasan di Kongres AS dalam beberapa tahun terakhir, tidak menutup kemungkinan bahwa TikTok dan keamanan data pengguna masih akan menjadi topik yang relevan dan penting bagi Kongres AS di tahun ini dan di masa mendatang.
TikTok akan terus berusaha untuk meningkatkan keamanan dan privasi data pengguna mereka, sementara Kongres AS akan terus memperhatikan dan memantau aktivitas dan praktik TikTok untuk memastikan kepatuhan dengan peraturan dan hukum yang berlaku di Amerika Serikat.
TikTok CEO Shou Zi Chew
Reviewed by Kendawangan
on
3/25/2023 09:46:00 AM
Rating: